Selamat Datang di Situs Media Informasi Seksi Dikmas, Bidang Pendidikan Nonformal, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi”

Saturday, February 9, 2013

Mengenal tentang TBM

Taman Bacaan Masyarakat disingkat TBM adalah tempat atau ruang yang disediakan untuk menyimpan, memelihara, menggunakan koleksi buku, majalah, koran, dan bahan multi media lain untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara perseorangan, kelompok atau kelembagaan. (Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat PNFI Depdiknas, Jakarta 2009)

Hasil yang diharapkan dari TBM ini adalah meningkatnya budaya baca masyarakat melalui pembentukan komunitas baca yang dibina oleh TBM dengan meningkatkan mutu layanan TBM sehingga masyarakat memanfaatkan TBM secara teratur dan berkesinambungan

INDIKATOR KEBERHASILAN TBM
1.  Tersedianya koleksi bacaan yang mencerdaskan pembaca.
2.  Terlayaninya minimal 30 orang pengunjung tetap/ pembaca/peminjam bahan bacaan perminggu,
3.  Terselenggaranya berbagai kegiatan di bidang peningkatan minat baca masyarakat,
4.  Termotivasinya masyarakat untuk membaca,
Terangkatnya kualitas SDM masyarakat.

TBM SALAH SATU MEDIA PENUNJANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN NONFORMAL.
Sasaran pendidikan nonformal antara lain warga masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal atau penyandang buta aksara, putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai hal, penduduk usia produktif yang tidak bersekolah dan tidak bekerja, warga masyarakat yang membutuhkan kecakapan hidup tertentu,
serta warga masyarakat lainnya yang membutuhkan wawasan, pengetahuan atau keterampilan tertentu guna meningkatkan taraf kehidupannya.

Media penunjang pelaksanaan pendidikan nonformal diantaranya Taman Bacaan Masyarakat (TBM), yaitu lembaga yang dibentuk dan diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat guna memberikan kemudahan akses dalam memperoleh bahan bacaan bagi warga masyarakat. Dengan demikian, keberadaan lembaga TBM merupakan bagian dan kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang sehingga memerlukan berbagai informasi baik berupa wawasan, pengetahuan, maupun keterampilan sesuai karakteristik dan potensi daerah setempat.

Awal terbentuknya TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara, membantu mempercepat tumbuhnya aksarawan baru sekaligus memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulis mereka. Perkembangan selanjutnya, TBM diarahkan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan bagi warga masyarakat guna mendapatkan wawasan, pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Selain itu, keberadaan TBM diharapkan juga dapat berperan dalam rangka menyiapkan warga masyarakat menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta mudahnya interaksi antar manusia
dari berbagai belahan dunia.

Menyadari pentingnya fungsi TBM tersebut, perlu dilakukan penataan dari aspek kelembagaan, sehingga TBM dapat berfungsi secara optimal. Penataan kelembagaan dimaksud antara lain terkait dengan manajemen kelembagaan, penyediaan dan penataan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun media edukasi, pengelola yang terampil dan berdedikasi, serta sarana pendukung yang memadai.
Pendidikan sepanjang hayat mengindikasikan bahwasanya menuntut ilmu pengetahuan harus diupayakan salah satunya adalah melalui kegiatan belajar atau learning activity, kegiatan ini dapat dilakukan tidak hanya di dalam lingkungan sekolah-sekolah formal saja akan tetapi kegiatan nonformal merupakan alternatif paling efektif dalam membelajarkan masyarakat, sehingga masyarakat yang masih
tertinggal dapat mengakses informasi melalui kegiatan belajar masyarakat. Proses belajar yang paling utama adalah “membaca” sebab dengan kemampuan membaca akan dapat berkembang kepada aspek “menulis” dan selanjutnya akan berkembang ke aspek “menghitung”. Pendidikan masyarakat telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama program melek aksara bagi masyarakat yang tidak beruntung dalam mendapatkan pelayanan pendidikan.

Pembelajaran KF (apa artinya KF?) telah dilakukan dengan berbagai pendekatan dan cara, baik oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan maupun oleh masyarakat selaku pemerhati pendidikan masyarakat.
Pasca pembelajaran hendaknya juga tetap mendapatkan pelayanan agar masyarakat yang sudah melek aksara dapat terus melatih kemampuan membacanya. Di masa mendatang pengelola dan penyelenggara program KF perlu menerapkan pendekatan konteks sosial dalam pembelajarannya. Dalam hal ini, masyarakat dapat belajar melalui kontak dengan apa, siapa, mengapa, kapan, dan bagaimana mereka melakukan kontak tersebut. Dengan demikian pasca pembelajaran, mereka tetap dapat terus memanfaatkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka tidak buta aksara lagi.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan layanan TBM. TBM dibutuhkan oleh semua kalangan, tidak hanya bagi mereka setelah melek aksara, tetapi juga bagi masyarakat yang berkeinginan mengembangkan dirinya dalam meningkatkan hidup dan kehidupannya. Tiga tahun terakhir pemerintah secara intensif meluncurkan program TBM ke setiap lembaga terkait, penyelenggara dan pengelola pembelajaran KF. Demikian pula dengan masyarakat, baik secara kelompok maupun perorangan juga melakukan hal yang sama. Lokasi TBM telah berkembang luas, yang semula hanya memanfaatkan balai desa/kelurahan, namun sekarang telah banyak dikembangkan lokasi TBM di berbagai tempat, seperti di rumah tangga, rumah sakit, pasar, mall, mobil keliling, dan tempat keramaian lainnya. Variasi TBM yang berkembang inilah yang mendasari ide untuk melakukan survei terhadap hal-hal yang berkait dengan TBM, yakni mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, serta model pelayanan, serta tanggapan masyarakat terhadap eksistensi TBM.

Selalu diharapkan TBM mampu memberikan pelayanan yang seluas-luasnya kepada warga masyarakat dalam mengakses informasi, sehingga mampu mengajak masyarakat gemar membaca dan gemar belajar, sehingga tumbuh budaya baca masyarakat Indonesia, serta mampu mengembangkan berbagai usaha-usaha lokal.
TBM perlu diperkenalkan kepada warga masyarakat secara keseluruhan dan utuh, sehingga TBM dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dalam menyediakan informasi bagi masyarakat melalui cara pengenalan dan persuasif. Selain menyediakan sumber belajar (learning resources), TBM juga perlu memberikan penjelasan-penjelasan dan memberikan kesempatan diskusi antar sesama pembaca. Beberapa fungsi TBM yang lain di antaranya: (1) mencobakan hasil pembelajaran tersebut di masyarakat; (2) senantiasa mengajak warga masyarakat memanfaatkan layanan TBM; (3) melakukan kerja sama dengan lembaga terkait yang peduli dengan pendidikan masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; dan, (4) secara kreatif menyediakan berbagai kebutuhan bahan bacaan dan skill yang diperlukan bagi masyarakat.
Pada awal setiap difungsikannyaTBM sebaiknya kunjungan masyarakat dijadwal, agar berjalan efektif dan mudah dalam menyediakan sumber belajar (learning resources) dan pendamping belajar. Setelah berjalan dengan lancar dan kebutuhan belajar masyarakat meningkat, TBM dapat dibuka secara luas dan umum, sehingga warga masyarakat dapat terlayani dengan baik. Dalam mengelola TBM dibutuhkan orang yang benar-benar mau dan mampu, serta memiliki komitmen yang kuat dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar warga masyarakat dapat belajar dengan baik dan berhasil guna bagi keberlanjutan hidupnya sehari-hari dan pengembangan kehidupannya.

Pengelola TBM harus mendapat pelatihan pengelolaan untuk memantapkan wawasannya dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Di samping itu, TBM harus memfasilitasi segala kebutuhan layanan, sehingga para pengguna TBM merasa betah untuk belajar dan membaca di tempat tersebut, sehingga tujuan TBM dapat tercapai.
Dalam mengadakan dan mengembangkan fasilitas TBM, pengelola harus melakukan kemitraan, baik dengan pemerintah, mapun swasta, bahkan perorangan sebagai donatur yang tidak mengikat. TBM juga harus melibatkan pemerhati pendidikan dan membentuk forum TBM, baik di daerah maupun pusat. (pri)

Pustaka :
JPNF edisi 8, tahun 2011;
Juknis Pembantuan PTK PAUDNI melalui pemberdayaan orsosmas, tahun 2012.

0 comments:

Post a Comment

 
Cooperation with bloggers Edit