Taman Bacaan Masyarakat disingkat TBM adalah tempat atau ruang yang disediakan untuk menyimpan, memelihara, menggunakan koleksi buku, majalah, koran, dan bahan multi media lain untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara perseorangan, kelompok atau kelembagaan. (Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat PNFI Depdiknas, Jakarta 2009)
Hasil yang diharapkan dari TBM
ini adalah meningkatnya budaya baca masyarakat melalui pembentukan komunitas
baca yang dibina oleh TBM dengan meningkatkan mutu layanan TBM sehingga
masyarakat memanfaatkan TBM secara teratur dan berkesinambungan
INDIKATOR KEBERHASILAN TBM
1. Tersedianya
koleksi bacaan yang mencerdaskan pembaca.
2. Terlayaninya
minimal 30 orang pengunjung tetap/ pembaca/peminjam bahan bacaan perminggu,
3. Terselenggaranya
berbagai kegiatan di bidang peningkatan minat baca masyarakat,
4. Termotivasinya
masyarakat untuk membaca,
Terangkatnya kualitas SDM masyarakat.
Terangkatnya kualitas SDM masyarakat.
TBM SALAH SATU MEDIA PENUNJANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN
NONFORMAL.
Sasaran
pendidikan nonformal antara lain warga masyarakat yang tidak pernah mengenyam
pendidikan formal atau penyandang buta aksara, putus sekolah yang disebabkan
oleh berbagai hal, penduduk usia produktif yang tidak bersekolah dan tidak
bekerja, warga masyarakat yang membutuhkan kecakapan hidup tertentu,
serta
warga masyarakat lainnya yang membutuhkan wawasan, pengetahuan atau
keterampilan tertentu guna meningkatkan taraf kehidupannya.
Media
penunjang pelaksanaan pendidikan nonformal diantaranya Taman Bacaan Masyarakat
(TBM), yaitu lembaga yang dibentuk dan diselenggarakan oleh dan untuk
masyarakat guna memberikan kemudahan akses dalam memperoleh bahan bacaan bagi warga
masyarakat. Dengan demikian, keberadaan lembaga TBM merupakan bagian dan
kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang sehingga memerlukan berbagai
informasi baik berupa wawasan, pengetahuan, maupun keterampilan sesuai
karakteristik dan potensi daerah setempat.
Awal
terbentuknya TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara,
membantu mempercepat tumbuhnya aksarawan baru sekaligus memelihara dan
meningkatkan kemampuan baca tulis mereka. Perkembangan selanjutnya, TBM diarahkan
untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan bagi warga masyarakat guna
mendapatkan wawasan, pengetahuan
dan
keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Selain itu,
keberadaan TBM diharapkan juga dapat berperan dalam rangka menyiapkan warga
masyarakat menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta mudahnya interaksi antar manusia
dari
berbagai belahan dunia.
Menyadari
pentingnya fungsi TBM tersebut, perlu dilakukan penataan dari aspek
kelembagaan, sehingga TBM dapat berfungsi secara optimal. Penataan kelembagaan
dimaksud antara lain terkait dengan manajemen kelembagaan, penyediaan dan
penataan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun media edukasi, pengelola yang
terampil dan berdedikasi, serta sarana pendukung yang memadai.
Pendidikan
sepanjang hayat mengindikasikan bahwasanya menuntut ilmu pengetahuan harus
diupayakan salah satunya adalah melalui kegiatan belajar atau learning
activity, kegiatan ini dapat dilakukan tidak hanya di dalam lingkungan
sekolah-sekolah formal saja akan tetapi kegiatan nonformal merupakan alternatif
paling efektif dalam membelajarkan masyarakat, sehingga masyarakat yang masih
tertinggal
dapat mengakses informasi melalui kegiatan belajar masyarakat. Proses belajar
yang paling utama adalah “membaca” sebab dengan kemampuan membaca akan
dapat berkembang kepada aspek “menulis” dan selanjutnya akan berkembang
ke aspek “menghitung”. Pendidikan masyarakat telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat, terutama program melek aksara bagi masyarakat
yang tidak beruntung dalam mendapatkan pelayanan pendidikan.
Pembelajaran
KF (apa artinya KF?) telah dilakukan dengan berbagai pendekatan dan cara, baik
oleh pemerintah sebagai pemegang kebijakan maupun oleh masyarakat selaku
pemerhati pendidikan masyarakat.
Pasca
pembelajaran hendaknya juga tetap mendapatkan pelayanan agar masyarakat yang
sudah melek aksara dapat terus melatih kemampuan membacanya. Di masa mendatang
pengelola dan penyelenggara program KF perlu menerapkan pendekatan konteks sosial
dalam pembelajarannya. Dalam hal ini, masyarakat dapat belajar melalui kontak
dengan apa, siapa, mengapa, kapan, dan bagaimana mereka melakukan kontak
tersebut. Dengan demikian pasca pembelajaran, mereka tetap dapat terus
memanfaatkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka tidak
buta aksara lagi.
Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan layanan TBM. TBM dibutuhkan oleh semua
kalangan, tidak hanya bagi mereka setelah melek aksara, tetapi juga bagi
masyarakat yang berkeinginan mengembangkan dirinya dalam meningkatkan hidup dan
kehidupannya. Tiga tahun terakhir pemerintah secara intensif meluncurkan
program TBM ke setiap lembaga terkait, penyelenggara dan pengelola pembelajaran
KF. Demikian pula dengan masyarakat, baik secara kelompok maupun perorangan
juga melakukan hal yang sama. Lokasi TBM telah berkembang luas, yang semula
hanya memanfaatkan balai desa/kelurahan, namun sekarang telah banyak dikembangkan
lokasi TBM di berbagai tempat, seperti di rumah tangga, rumah sakit, pasar,
mall, mobil keliling, dan tempat keramaian lainnya. Variasi TBM yang berkembang
inilah yang mendasari ide untuk melakukan survei terhadap hal-hal yang berkait
dengan TBM, yakni mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, serta model
pelayanan, serta tanggapan masyarakat terhadap eksistensi TBM.
Selalu
diharapkan TBM mampu memberikan pelayanan yang seluas-luasnya kepada warga
masyarakat dalam mengakses informasi, sehingga mampu mengajak masyarakat gemar
membaca dan gemar belajar, sehingga tumbuh budaya baca masyarakat Indonesia,
serta mampu mengembangkan berbagai usaha-usaha lokal.
TBM
perlu diperkenalkan kepada warga masyarakat secara keseluruhan dan utuh,
sehingga TBM dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dalam menyediakan informasi
bagi masyarakat melalui cara pengenalan dan persuasif. Selain menyediakan
sumber belajar (learning resources), TBM juga perlu memberikan penjelasan-penjelasan
dan memberikan kesempatan diskusi antar sesama pembaca. Beberapa fungsi TBM
yang lain di antaranya: (1) mencobakan hasil pembelajaran tersebut di
masyarakat; (2) senantiasa mengajak warga masyarakat memanfaatkan layanan TBM;
(3) melakukan kerja sama dengan lembaga terkait yang peduli dengan pendidikan
masyarakat untuk ikut serta dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; dan,
(4) secara kreatif menyediakan berbagai kebutuhan bahan bacaan dan skill yang diperlukan
bagi masyarakat.
Pada
awal setiap difungsikannyaTBM sebaiknya kunjungan masyarakat dijadwal, agar
berjalan efektif dan mudah dalam menyediakan sumber belajar (learning
resources) dan pendamping belajar. Setelah berjalan dengan lancar dan
kebutuhan belajar masyarakat meningkat, TBM dapat dibuka secara luas dan umum,
sehingga warga masyarakat dapat terlayani dengan baik. Dalam mengelola TBM
dibutuhkan orang yang benar-benar mau dan mampu, serta memiliki komitmen yang
kuat dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar warga
masyarakat dapat belajar dengan baik dan berhasil guna bagi keberlanjutan
hidupnya sehari-hari dan pengembangan kehidupannya.
Pengelola
TBM harus mendapat pelatihan pengelolaan untuk memantapkan wawasannya dalam
memberikan layanan kepada masyarakat. Di samping itu, TBM harus memfasilitasi
segala kebutuhan layanan, sehingga para pengguna TBM merasa betah untuk belajar
dan membaca di tempat tersebut, sehingga tujuan TBM dapat tercapai.
Dalam
mengadakan dan mengembangkan fasilitas TBM, pengelola harus melakukan
kemitraan, baik dengan pemerintah, mapun swasta, bahkan perorangan sebagai
donatur yang tidak mengikat. TBM juga harus melibatkan pemerhati pendidikan dan
membentuk forum TBM, baik di daerah maupun pusat. (pri)
Pustaka
:
JPNF
edisi 8, tahun 2011;
Juknis Pembantuan PTK
PAUDNI melalui pemberdayaan orsosmas, tahun 2012.
0 comments:
Post a Comment